Setelah masuk pesantren Mimkho, saya mengenal nama beberapa ulama besar seperti Habib Munzir bin Fuad al Musawa dan gurunya yaitu Habib Umar bin Hafidz. Semenjak itu saya sering membuka laman web Majelis Rasulullah sekedar untuk baca-baca artikel kajian dan arsip tanya jawab di forumnya. Alhamduluillah, banyak ilmu yang saya dapat disana dan semakin meneguhkan pemahaman saya
Saya banyak membaca dan mendengar informasi tentang dua ulama tersebut, dari buku-bukunya, dari temen atau dari internet. Habib Umar bin Hafidz, beliau seorang ulama besar yang terkenal di abad ini, tentu kapasitas keilmuannya tidak diragukan lagi. Beliau lahir pada hari Senin (saya juga lahir hari senin ) tanggal 4 Muharram 1388 H atau 27 Mei 1963 M. Beliau memiliki nasab yang sangat mulia dan nasabnya bersumber kepada manusia mulia, Sayyidina Muhammad Saw. Saat ini beliau aktif sebagai pengasuh pondok Darul Musthofa, Tarim.
Bertemu Sang Habib Umar bin Hafidz Pondok Darul Musthofa
Kebanyakan santi Darul Musthofa adalah santri yang berasal dari Indonesia. Habib Munzir merupakan santri angkatan pertama yang mengaji di Darul Musthofa. Saat itu, belum ada bangunan pondok Darul Musthofa. Mereka santri angkatan pertama mengaji kepada Habib Umar di rumah kontrakan di belakang rumah beliau.
Awal mula banyaknya santri Indonesia yang mengaji di Darul Musthofa, yaitu karena adanya kunjungan Habib Umar ke Indonesia pada tahun 1414 H atas perintah dari gurunya. Nah, banyak para ulama yang tertarik dengan cara dakwahnya Habib Umar dan juga karena keluasan ilmu beliau. Kunjungan Habib Umar tersebut sangat berkesan dan membawa berkah. Banyak yang ingin ikut dengan beliau ke Yaman untuk belajar langsung. Akhirnya pada tahun 1416 H, berangkatlah sekitar 30 orang santri angkatan pertama ke kediamannya Habib Umar di Tarim, Yaman.
Tahun 1419 H, santri angkatan pertama selesai belajar dari Darul Musthofa dan kembali ke Indonesia kembali dakwah islam di daerahnya masing-masing. Di antara 30 orang itu kita mengenal ada Habib Munzir (Majelis Rasulullah), Habib Jindan bin Novel bin Jindan (Al Fachriyah), Habib Ali Zainal Abidin (Darul Murtadza) dan lainnya..
Sampai sekarang banyak sekali pelajar Indonesia yang belajar menuntut agama islam di Tarim dan sekitarnya. Selain Darul Musthofa, banyak juga pelajar Indonesia yang belajar di Rubath Tarim (Habib Salim Assyatiri) dan Universitas Al-Ahgaff (Habib Abdullah bin Muhammad Baharun).
Dan ternyata ustadz yang biasa ngisi pengajian di mushola dekat rumah saya termasuk muridnya Habib Umar juga. Beliau belajar di Darul Musthofa tahun 90an dan balik tahun 2000. Saya masih ingat, dari saya SD kelas 3an pak ustadz sudah ngisi pengajian rutin mingguan di mushola dan masih berjalan sampai sekarang. Waktu itu saya tidak mengikuti pengajiannya, karena pengajian tersebut untuk orang dewasa.
Saya suka membaca buku-bukunya habib umar, maksudnya buku terjemahan atau kitab putih :D. Dari facebook saya mendapat informasi kalau beliau Habib Umar selalu rutin berkunjung ke Indonesia setiap awal bulan Muharram. Nah, bulan November 2013 saya bersama dua teman saya di Mimkho berniat mengikuti pengajian beliau di Jakarta.
Sebelum ke Jakarta, sabtu siang kami berangkat dulu ke Alun-alun Cirebon mengikuti pengajiannya Habib Luthfi bin Yahya. Minggu pagi kami sudah berada di Cidodol Kebayoran Lama. Waktu itu ada acara Haul Fakhrul Wujud, Habib Syekh Abu Bakar bin Salim. Disana kami mendapat tempat duduk yang jauh dari panggung, alhasil tidak bisa melihat habib umar bin hafidz dari dekat, sekedar mendengar suaranya saja pun sudah senang.
Akhirnya kami mencari informasi tempat rauhah atau tempat istirahatnya Habib Umar, supaya bisa bertemu dari dekat. Setelah tanya-tanya, saya dapat info ada rauhah di rumahnya ketua rabithah alawiyah senin pagi. Besoknya kami langsung kesana, dan benar saja di sana lagi ada rauhah. Ini kan bukan jadwal umum, jadi ya yang dateng juga sedikit, sekitar 50an orang lah.
Seperti biasa, ada pembacaan maulid adhiya ulami dulu, kitab maulid yang dikarang oleh Habib Umar. Alhamdulillah, disini saya bisa berkumpul dengan orang-orang sholeh, duduk langsung di hadapan Habib Umar bin Hafidz dan habaib lainnya Meskipun belum ngerti bahasa arab dan kurang paham apa yang beliau sampaikan, saya sudah senang karena bisa melihat senyum wajah beliau dari dekat.
Ada banyak keutamaan memandang wajah ulama, diantaranya seperti yang pernah disebutkan dalam hadits Nabi Saw, “Barang siapa memandang kepada wajah orang alim sekali dengan pandangan yang senang, niscaya Allah swt menjadikan pandangan tersebut malaikat yang memintakan ampun baginya hingga hari kiamat”.
Mudah-mudahan di lain waktu saya bisa mengikuti majelisnya Habib Umar lagi. Setiap bulan Muharram beliau berkunjung ke Jakarta, Jawa Timur dan daerah lainnya, tak lain untuk berdakwah.
Saya juga pernah sekali mengikuti pengajiannya Habib Salim Assyatiri, yaitu ketika ada acara haul Habib Hasan Assyatiri yang ke-10 di rumahnya habib Abdullah bin Syekh Alattos.
Kalaupun kita tidak bisa belajar kepada beliau-beliau ini, setidaknya kita harus bisa belajar kepada murid-muridnya. Hampir tiap daerah di Indonesia sudah tersentuh dakwahnya ulama Tarim atau santri-santri yang belajar di Tarim.
Saya punya keinginan untuk berkunjung ke negeri Tarim, berziaroh dan mengikuti majelisnya para habaib disana. Ada namanya program The Dowra, semacam summer course selama 40 hari di Darul Musthofa setiap bulan Ramadhan, biayanya sekitar $700 USD. Diprogram ini kita akan mengikuti dauroh/ pengajian dari Habib Umar bin Hafidz, ziaroh makan Nabi Hud, mengunjungi situs-situs bersejarah di Tarim. Pengajiannya disampaikan dengan menggunakan bahasa inggris atau arab-inggris.