Para walisongo merupakan keturunan Rasulullah Saw yang silsilahnya bersambung sampai kepada Imam Ahmad Al-Muhajir (wafat 345 H). Silsilah walisongo sampai kepada Imam As Sayyid Alwi ‘Ammi al Faqih al Muqoddam (paman dari Muhammad al Faqih al Muqoddam).
Sayyid Alwi mempunyai 3 putera dan dari ketiga puteranya melahirkan kembali ulama-ulama yang menyebarkan agama islam ke seluruh penjuru dunia termasuk para walisongo.
Sejarah Majelis Dakwah Walisongo di Indonesia
Diantara ketiga puteranya yaitu Sayyid Abdul Malik Azmatkhan yang hijrah ke negara India dan menjadi Raja di sana. Sayyid Abdul Malik mengikuti jejak leluhurnya yaitu Imam Ahmad Muhajir yang berhijrah dari Basrah ke Hadramaut, Yaman. Imam Ahmad Muhajir berhijrah karena banyaknya fitnah yang terjadi di Irak dan banyak ahlul bait yang diburu untuk dibunuh.
Sayyid Abdul Malik mempunyai putera bernama Sayyid Abdullah, dan Sayyid Abdullah mempunyai putera bernama Sayyid Ahmad Jalaluddin, dan Sayyid Ahmad Jalaludin mempunyai putera bernama Sayyid Husain Jamaluddin.
Selanjutnya Sayyid Husain Jamaluddin mempunyai keturunan yang menyebarkan dakwah agama islam di penjuru Asia Tenggara yang lebih terkenal dengan sebutan walisongo. Sedangkan majelis dakwahnya disebut Majelis Dakwah Walisongo.
Yang mengutus walisongo untuk berdakwah ke Asia Tenggara yaitu Khalifah Muhammad I (Kekhalifahan Turki Utsmani) pada tahun 1404 M atau tahun 808 H. Walisongo yang pertama diutus merupakan ulama-ulama yang sudah mumpuni ilmunya dan sebagian besar merupakan keturunan dari Hadramaut Yaman (Azmatkhan Ba’alawi Al Husaini).
Para ulama tersebut sebelumnya sudah pernah berdakwah ke berbagai penjuru dunia sehingga banyak juga yang mengatakan mereka berasal dari beragam daerah di berbagai penjuru kawasan Islam.
Khalifah Muhammad I mengutus para ulama yang bermadzhab Syafii utnuk berdakwah di Asia Tenggara (Indonesia) karena sudah paham dengan masyarakat Indonesia.
Walisongo ini datang berdakwah ke Indonesia dalam beberapa periode, dan jumlahnya tetap sama yaitu 9. Tetapi tidak semua ulama tersebut populer sampai sekarang. Jajaran walisongo yang paling dikenal oleh masyarakat Indonesia yaitu :
- Jawa Timur : Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat
- Jawa Tengah : Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Muria
- Jawa Barat : Sunan Gunung Djati
Ke Sembilan walisongo yang paling dikenal tersebut sebenarnya tidaklah hidup atau berdakwah dalam satu periode.
Periodesasi Majelis Dakwah Walisongo
Walisongo Periode Pertama
Tahun 1404 M atau 808 H, Khalifah Muhammad I mengutus 9 ulama untuk pergi berdakwah ke Pulau Jawa, diantaranya yaitu :
- Maulana Malik Ibrahim atau lebih dikenal dengan nama Sunan Gresik, beliau seorang ulama yang juga ahli dalam mengatur negara. Beliau banyak berdakwah di Pulau Jawa bagian timur. Wafat pada tahun 1419 M dan dimakamkan di Gresik, tepatnya 1 Km sebelah utara dari pabrik Semen Gresik.
- Maulana Ishaq, beliau ulama ahli pengobatan yang berasal dari Samarkhand. Setelah berdakwah di Pulau Jawa, beliau berdakwah di Samudra Pasai dan wafat di sana.
- Syekh Jumadil Qubro, beliau berasal dari Mesir dan berdakwah keliling Pulau Jawa. Beliau dimakamkan di Troloyo Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
- Maulana Muhammad Al Maghrobi, beliau berasal dari Maroko dan berdakwah keliling Pulau Jawa. Beliau wafat pada tahun 1465 M dan dimakamkan di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah.
- Maulana Malik Isroil, beliau berasal dari Turki dan juga ahli dalam mengatur negara. Beliau wafat pada tahun 1435 M dan dimakamkan di Gunung Santri.
- Maulana Muhammad Ali Akbar, beliau berasal dari Persia dan termasuk ulama yang ahli dalam hal pengobatan. Beliau wafat pada tahun 1435 M dan dimakamkan di Gunung Santri.
- Maulana Hasanuddin, beliau berasal dari Palestina dan berdakwah keliling Pulau Jawa. Beliau wafat pada tahun 1462 M dan dimakamkan di samping Mesjid Banten Lama.
- Maulana Alayuddin, beliau berasal dari Palestina dan berdakwah keliling Pulau Jawa. Beliau wafat pada tahun 1462 M dan dimakamkan di samping Mesjid Banten Lama.
- Syekh Subakir, beliau berasal dari Persia dan ahli dalam hal rukyah. Beliau banyak membebaskan tanah-tanah yang banyak dihuni oleh jin-jin jahat. Setelah terbebas dari jin-jin jahat, tanah tersebut beliau jadikan Pesantren. Syekh Subakir kembali lagi ke Persia pada tahun 1462 M dan wafat di sana.
Sekian informasi mengenai sejarah majelis dakwah Walisongo yang ada di Indonesia. Semoga informasi di atas bisa bermanfaat bagi kita semua.